Sabtu, 24 September 2011

Belumlah Kering Darah yang Menetes dari Pedang Kita

Kala itu di perang Hunain, kaum muslimin menghadapi kafir Quraisy dengan kekuatan tidak berimbang. Kafir Quraisy berjumlah lebih banyak dibanding umat Islam, yang didominasi kaum Anshor. Pertempuran berlangsung sengit dan menimbulkan banyak korban. Sampai akhirnya, dengan kehendak Allah, kaum muslimin beroleh kemenangan.

Kepada para tawanan perang, Rasulullah menawarkan mereka untuk masuk Islam. Sebagian menerimanya. Dan sebagai ‘penghargaan’ Rasulullah menghadiahi mereka dengan ghanimah yang cukup besar. Hal ini didengar oleh kaum Anshor dan ternyata menimbulkan rasa cemburu di benak mereka, “Belumlah kering darah yang menetes dari pedang kita, Rasul telah berlaku demikian”

Hal ini ternyata didengar oleh Rasulullah yang lalu mengumpulkan mereka di suatu tempat. “Hai kaum Anshor, aku ingin bertanya kepada kalian. Bukankah dulu aku datang kepada kalian ketika kalian dalam kenistaan lalu Islam datang membawa kemuliaan melalui perantaraanku; bukankah kalian dulu bertikai lalu Islam mendamaikannya melalui aku?”
Setiap pertanyaan itu selalu dijawab kaum Anshor; “Benar wahai Rasul! Allah dan Rasul-Nya lebih utama!”
Namun Rasulullah selalu kembali bertanya, “Mengapa kalian tidak menjawab?”
“Apa lagi yang harus kami katakan wahai Rasulullah?”

Rasulullah berkata, “Demi Allah, bila kalian mau kalian dapat menjawab: sesungguhnya saat itu engkau datang sebagai orang yang didustakan lalu kami benarkan; engkau datang sebagai orang yang dihinakan namun kami bela; engkau datang sebagai orang yang menderita lalu kami santuni”
Kaum Anshor menyahut histeris, “kemuliaan ada pada allah dan Rasul-Nya.
Nabi lanjut berkata, “Wahai kaum Anshor, apakah kalian masih menginginkan sampah keduniaan yang tiada artinya itu? Apakah kalian tidak bangga melihat orang lain membawa kambing dan unta (ghanimah) sedangkan kalian pulang bersama Aku? Sungguh bila suatu kaum berjalan di suatu lereng gunung dan kaum Anshor berjalang di lereng gunung lainnya, niscaya aku akan berjalan di belakang kaum Anshor. Ya Allah limpahkanlah rahmat-Mu kepada kaum Anshor, anak-anak kaum Anshor, dan cucu kaum Anshor.”
Kaum Anshor menangis histeris mendengarnya sampai jenggotnya basah oleh air mata. “Kami rela mendapatkan Allah dan Rasul-Nya sebagai jatah kami”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar