Sabtu, 24 September 2011

Cara sahabat menghabiskan uang

Dua buah kendaraan yang keluar dari pabrikan yang sama maka hasil performa dari kedua kendaraan tersebut pastilah tidak jauh beda. Dari segi kecepatan, nyamannya berkendara dan berbagai hal yang menyertai komponen kendaraan tersebut maka sudah dipastikan akan mirip.

Hal ini tidak jauh berbeda dalam pembentukan karakter manusia. terutama bila karakter atau sifat itu dibentuk oleh orang yang paling tahu tentang teladan dan bagaimana caranya memberi contoh bagi orang lain. hal inilah yang menarik bagi kaum yang beriman kepada Allah. Kaum yang beriman digambarkan oleh Allah sebagai kaum yang senantiasa berkasih sayang dan lembut lembut diantara mereka dan bersikap tegas kepada orang kafir. Rasulullah SAW telah sukses mendidik para sahabat sebagai orang orang yang berbudi akhlak tinggi, tidak berbuat semena mena dan menjadi rahmatallil ‘alamin

Satu kisah yang sangat menarik terjadi pada masa Kekhalifahan Umar bin Khattab r.a. Pada suatu hari Amirul Mukminin ingin mengetahui tingkah laku dan sifat yang dimiliki oleh dua orang sahabatnya. Dua orang sahabat ini adalah orang orang pilihan yang senantiasa menghadiri majelis Rasulullah SAW dan keutamaan mereka telah diketahui oleh masyarakat Madinah secara umum. Dua orang ini adalah Ubaidah bin Jarrah r.a dan Muaz bin Jabal r.a. Kisah bermula dari uang sejumlah 400 dinar yang dimiliki oleh Amirul Mukminin Umar bin Khattab r.a dan diberikan kepada Ubaidah bin Jarrah r.a. Melihat ada uang yang begitu banyak di dalam rumahnya maka Ubaidah bin Jarrah memerintahkan kepada pelayannya untuk membawa uang itu dan di bagikan kepada setiap orang masing masing 6 atau 7 dinar. Tidak ada sisa sedinar pun dikantong yang dipakai untuk membungkus uang itu sebelumnya. Pelayan dari ubaidah bin Jarrah r.a pulang dalam keadaan kosong tak membawa sedinarpun.

Kemudian tak berapa lama Amirul Mukminin Umar bin Khattab r.a memerintahkan agar uang yang sekantong lagi berisi 400 dinar agar diberikan kapada Muaz bin Jabal r.a. Sesaat setelah melihat kantong penuh berisi dinar maka ia memerintahkan kepada pelayannya untuk membawa uang itu keluar rumah dan dibagi bagikan kepada kaum fakir miskin dan orang yang sangat membutuhkan lalu semua mendapat bagian yang adil. Sang pelayan hanya menyisakan uang 2 dinar untuk keperluan makan dan hidup sekadarnya.

Melihat kejadian ini Amirul Mukminin merasa bahwa sungguh beruntung dirinya masih hidup ditengah tengah orang yang zuhud dan tidak terlena oleh nikmat dunia. kemudian dia berkata “Sungguh diantara mereka telah menjadi saudara bagi sebagian yang lain”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar