Sabtu, 24 September 2011

Ketegaran seorang Wanita

Ketegaran dan ketabahan terpancar dari langkah kakinya di pasir berdebu nan panas. Pakaiannya kotor oleh pasir dan cipratan darah di gurun itu. Matanya meneteskan butiran air yang hangat dan dibiarkannya hal itu. Langkah kakinya berjalan dengan pelan pelan dan sangat hati hati karena puluhan jasad tak bernyawa kini telah mengelilinginya. Tiba kini sudut matanya menangkap sesosok jasad tergeletak. Jasad itu bertubuh besar dan tubuhnya dipenuhi dengan luka yang tak wajar. Hidungnya terpotong, telinganya hilang dan dadanya terkoyak dengan sayatan lebar dengan jantung sudah hilang dari tangkainya. Innalillahi wainnailaihi ra’jiun. Jenazah yang syahid itu adalah Paman Rasulullah Hamzah bin Abdul Muttalib. Dan wanita yang kini ada disampingnya adalah saudaranya, Shafiyah binti Abdul Muttalib r.a

Shafiyah binti Abdul Muttalib, ibu sahabat Zubair bin Awaam, beliau menikah pertama kali dengan Al Haarits bin Harb, lalu ditinggal mati dan menikah lagi dengan Al ‘Awam dan melahirkan Zubair. Beliau masuk islam dan ikut berhijrah. Beliau wafat tahun 20 H di Madinah dan dimakamkan di Baqi’

Kembali ke medan Uhud….Hamzah r.a telah syahid di medan Uhud akibat tombak seorang budak bernama Wahsyi. Dia di bunuh dengan cara yang licik.

Shafiyah mendengar berita kematian saudaranya ini. Maka dia pun datang ke medan pertempuran mencarinya. Rasul SAW melihat dan mengetahui bahwa bibinya akan menghadapi situasi yang sulit bila melihat Hamzah dalam keadaan itu. Maka beliau berkata kepada puteranya, Zubair bin Awwam:”Datangi ibumu dan suruh agar dia kembali supaya tidak menyaksikan keadaan saudaranya itu.” Kemudian Zubair pergi dan berkata kepadanya dengan suara tenang namun sedih :”Wahai, Ibuku, sesungguhnya Rasulullah SAW menyuruhmu kembali.”

Shafiyah menjawab dengan penuh sabar “Mengapa aku harus kembali? Aku telah mendengar bahwa saudaraku itu telah dibunuh dengan cara yang keji dan hal itu demi Allah. Maka kami ridho atas kejadian itu dan aku akan bersabar dengan baik dan akan mengharap pahala, insyaAllah.” Zubair kembali menghadap Rasulullah SAW tentang kesabaran dan ketabahan yang ditunjukkan Shafiyah, dan dia sampaikan perkataan ibunya itu kepada Nabi SAW. Maka Rasulullah SAW bersabda kepadanya :”Biarkan dia pergi.”

Shafiyah bersikap tabah dan teguh. Dia memandang Hamzah r.a Singa Allah dengan pandangan perpisahan seraya berkata :”Semoga Allah melimpahkan pahalakepadamu dan mengampuni dosamu. Kita adalah kaum yang terbiasa mengalami pembunuhan dan mati syahid. Tiada daya dan kekuatan, melainkan dengan pertolongan Allah. Sesungguhnya kita adalah kepunyaan Allah dan sesungguhnya kita akan kembali kepada-Nya. Cukuplah Allah sebagai pelindungku dan Dia-lah sebaik-baik Pelindung. Semoga Allah mengampuni dosamu dan dosaku serta membalasmu dengan balasan bagi hamba-hamba-Nya yang mukhlis.”

Perang Uhud adalah ujian dan pembersihan. Dengannya Allah menguji kaum mukminin dan membongkar kedok orang-orang munafik yang menampakkan keimanan dengan lisan namun menyembunyikan kekafiran di hati mereka. Dan hari dimana Allah Ta’ala memuliakan para wali-Nya yang Dia kehendaki gugur sebagai syuhada’

Tidak ada komentar:

Posting Komentar