Kamis, 22 September 2011

Rasulullah SAW mendengar usul sahabatnya

Sering kali kita melihat kearoganan seorang pemimpin berakibat fatal bagi anak buahnya. Karena merasa sebagai orang yang paling nomor satu maka ia enggan mendengar pendapat dari orang lain dan mementingkan egonya sendiri. Ini adalah salah satu sifat buruk yang sering menghinggapi banyak pemimpin pemimpin terkemuka didunia. Karena sifat arogan tersebut akhirnya mereka jatuh. Bahkan tidak jarang mereka malah dijatuhkan oleh anak buahnya sendiri. Sederet nama nama yang penuh kearoganan yang akhirnya tumbang oleh orang orang terdekatnya adalah Sang Fuhrer Adolf Hitler, Sang Fasis Benito Mussolini, Ferdinand Marcos dan lain lain.

Dan kita dapati contoh teladan agung dari Rasulullah SAW, beliau seorang yang tawadhu dan sederhana, penuh rasa ikhlas dan pengorbanan, senantiasa paling awal dalam kebaikan dan awal pula dalam mencegah kemungkaran. Dan Beliau juga mendengar pendapat dan saran dari sahabat sahabatnya dalam berbagai urusan umat, kenegaraan dan kondisi perang sekalipun. Sebuah kisah terjadi sebelum perang Badar Kubra pecah yaitu ketika Rasulullah dan pasukannya hendak membuat base camp sebagai benteng pertahanan dan membuat dapur umum untuk keperluan pasukannya.

Hari itu Rasulullah SAW dan para sahabat sudah hampir mendekati mata air di badar. Perjalanan lebih mudah dilalui karena baru saja turun hujan sehingga tanah menjadi padat dan mudah dalam melangkah dan menuntun kendaraan. Setelah mereka sudah mendekati mata air Rasulullah SAW berhenti. Seorang yang bernama Hubab bin Mundhir r.a, orang yang paling banyak mengenal tempat itu, setelah dilihatnya Nabi turun di tempat tersebut ia bertanya “Ya Rasulullah apa pendapat anda berhenti di tempat ini? Kalau ini sudah wahyu dari Allah kita takkan maju atau mundur setapakpun dari tempat ini. Ataukah ini sekedar pendapat anda sendiri sebagai suatu taktik perang belaka?”

“yang saya lakukan sekedar pendapat saya dan sebagai taktik perang,” jawab Rasulullah.

Hubab bin Mundhir r.a berkata lagi “Ya Rasulullah kalau begitu tidak tepat kita berhenti di tempat ini. Mari kita pindah sampai ke tempat mata air terdekat dan pasukan musuh, lalu sumur-sumur kering yang dibelakang itu kita timbun dengan tanah. Selanjutnya kita membuat kolam dan kita isi penuh dengan air untuk keperluan kita dan hewan bawaan kita, barulah kita hadapi mereka berperang. Kita akan mendapat air minum, mereka tidak.”

Melihat saran Hubab bin Mundhir r.a yang sangat bagus dan brilian dalam peperangan seperti ini maka Rasulullah SAW dan pasukannya segera malakukan apa yang tadi disampaikan oleh Hubab bin Mundhir r.a. Rasulullah juga memberi pengertian kepada para sahabatnya bahwa ia juga manusia seperti pada umumnya yang perlu berkonsultasi dan meminta pendapat menyangkut kepentingan umat dan Beliau bisa mengambil usul dari orang lain bila usul itu lebih membawa kemaslahatan bagi kepentingan umum.

Kolam tempat menampung air telah selesai dan hanya tinggal sedikit lagi kolam itu sudah penuh terisi oleh persediaan air guna digunakan selama peperangan berlangsung. Sahabat dari kalangan Anshor yaitu Saad bin Muaz r.a maju menghadap Rasulullah SAW dan berkata “ Ya Rasulullah, ijinkan kami membuatkan sebuah benteng kecil untuk tempat anda berdiam dan kendaraan untuk anda sudah kami sediakan. Kemudian biarlah kami yang menghadapi musuh. Kalau Allah memberi kemenangan kepada kita atas musuh kita, itulah yang kita harapkan. Tetapi kalaupun sebaliknya yang terjadi dengan kendaraan itu anda dapat menyusul teman-teman yang ada di belakang kita. Ya Rasulullah masih banyak sahabat-sahabat kita yang tinggal di belakang, dan cinta mereka kepada anda tidak kurang dari cinta kami ini kepada anda. Kami semua benar-benar ikhlas kepadamu Ya Rasulullah, kami akan berjuang bersamamu hingga usai.”

Bagi para sahabat keselamatan Rasulullah SAW dan risalah kenabian adalah diatas segalanya. Mereka rela kehilangan apapun asalkan kekasih yang paling mereka cintai tidak celaka. Rasa cinta yang sangat tinggi ini bukan datang tanpa alasan, dan alasan satu satunya para sahabat berbuat seperti itu karena mengharap balasan di akhirat. Mereka adalah orang orang yang tidak tertipu dengan pesona dunia yang hampa. Ada yang kaya dan ada yang miskin diantara mereka tapi mereka tetap tawajuh hanya kepada Allah. Generasi salafus sholeh seperti inilah yang berhasil ditempa oleh Rasulullah sehingga menghasilkan para pengukir sejarah yang harum sepanjang masa. Kami rindu kepadamu Ya Rasulullah SAW.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar