Sabtu, 24 September 2011

Sahabat yang mendapat rekomendasi untuk berfatwa

Pada suatu hari terjadi dialog yang sangat mulia antara seseorang yang paling mulia diatas bumi ini yaitu Rasulullah SAW dan sahabatnya yang mulia yaitu Muaz bin Jabal r.a. Rasulullah SAW bertanya,” Bagaimana keadaanmu di pagi hari ini, hai Muaz?, jawab Muaz bin Jabal r.a,” Di pagi hari ini aku benar-benar telah beriman, ya Rasulullah” Berkata Rasulullah SAW,” Setiap kebenaran ada hakikatnya maka apakah hakikat keimananmu?” Jawab Muaz” Setiap berada di pagi hari, aku menyangka tidak akan menemui lagi waktu sore. Dan setiap berada di waktu sore, aku menyangka tidak akan mencapai lagi waktu pagi .Dan tiada satu langkah pun yang kulangkahkan, kecuali aku menyangka tiada akan diiringi dengan langkah lainnya .Dan seolah-olah kesaksian setiap ummat jatuh berlutut, dipanggil melihat buku catatannya . Dan seolah-olah kusaksikan penduduk surga menikmati kesenangan surga .Sedang penduduk neraka menderita siksa dalam neraka. “Maka sabda Rasulullah SAW : Memang, kamu mengetahuinya, maka pegang teguhlah jangan dilepaskan . . . . !

Sahabat Rasulullah SAW yang satu ini seseorang pemuda yang cerdas, wajah menarik dan nampak dari guratan wajahnyakeseriusan dibalut dengan ketenangan dalam bertutur kata dan dalam setiap sikap sehari harinya. Pada waktu perjanjian Aqobah dua berlangsung dia termasuk dari 70 orang yang berbaiat kepada Rasulullah SAW. Ia selalu menyertai Rasulullah SAW dalam setiap perjuangan. Dan senantiasa menghadiri majelis Rasulullah SAW sehingga dirinya tumbuh sebagai seorang yang faqih dan sangat paham dengan hukum hukum Islam mulai thaharah, sholat, zakat,muammalah, hukum waris hingga hukum pemerintahan dan lain lain.

Rasulullah SAW pernah memberikan pujian kepadanya dengan sabdanya,” Ummatku yang paling tahu akan yang halal dan yang haram ialah Mu’adz bin Jabal.” Dalam tafsir Imam Ibnu Katsir yang membahas QS Al Hujarat terdapat dialog yang menggambarkan kecermelangan otak dari seorang Muaz bin Jabal r.a. Suatu hari Rasulullah SAW hendak mengutus Muaz bin jabal r.a sebagi Gubernur di Yaman lebih dulu Beliau SAW bertanya : “Apa yang menjadi sandaranmu dalam mengadili sesuatu, hai Muaz?” Kitabullah”, ujar Mu’adz. “Bagaimana jika kamu tidak jumpai dalam Kitabullah?”, tanya Rasulullah pula. “Saya memutus dengan Sunnah RasulNya”, ujuar Muaz. “Jika tidak kamu temui dalam Sunnah Rasulullah?” “Saya pergunakan akal fikiranku untuk berijtihad, dan saya takkan berlaku sia-sia”, jawab Muaz dengan sungguh sungguh. Maka berseri-serilah wajah Rasulullah, sabdanya: “Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq kepada kamu sebagai utusanku yang telah aku ridhai . . . .”. Subhanallah. Betapa anak muda yang satu ini telah tumbuh menjadi seorang alim yang sudah direkomendasi untuk memberikan fatwa oleh Rasulullah SAW secara langsung. Dalam bidang hadits ia juga dikenal banyak menghafal sabda sabda dari Rasulullah SAW.

Suatu hari pada masa Khalifah Umar bin Khattab r.a berkumpullah sekitar tigapuluh orang dimasjid membentuk suatu halaqah majelis ilmu. , masing-masing menyebutkan sebuah hadits yang mereka terima dari Rasulullah SAW. Pada halaqah atau lingkaran itu ada seorang anak muda yang berpenampilan sangat menarik dan memiliki wajah yang tampan, bersih kulitnya, fasih dalam bertutur kata dan termuda usianya di antara mereka. Jika pada diri mereka terdapat keraguan tentang suatu hadits, mereka tanyakan kepada anak muda itu yang segera memberikan fatwanya, dan ia tak akan berbicara kecuali bila diminta.Dan tatkala majlis itu berakhir, ada seseorang yang mendekati anak muda itu dan menanyakan siapa namanya, jawabnya: Saya adalah Muaz bin Jabal.”

Karena kecerdasan berfikirnya itu, Muaz bin Jabal r.a sering dimintai buah fikirannya dalam menyelesaikan berbagai masalah mulai dari penentuan halal dan haram, hukum waris, hukum tata pemerintahan dan masalah masalah lainnya. Amirul Mukminin Umar bin Khattab r.a pernah mengahadapi suatu problem dan lama tidak mendapat solusi maka ia memanggil Muaz bin Jabal r.a untuk diminta pendapatnya. Setelah masalah teratasi Amirul Mukminin Umar bin Khattab r.a berkata, “Kalau tidaklah berkat Mu’adz bin Jabal, akan celakalah Umar!”

Dan ternyata Muaz memiliki otak yang terlatih baik dan logika yang menawan serta memuaskan lawan, yang mengalir dengan tenang dan cermat. Dan di mana saja kita jumpai namanya kita dapati ia sebagai sahabat yang selalu menjadi pusat rujukan bertanya. Di mana ia duduk selalu dilingkungi oleh manusia. Ia seorang pendiam, tak hendak bicara kecuali atas permintaan hadirin. Dan jika mereka berbeda pendapat dalam suatu hal, mereka dikembalikan kepada Muaz untuk memutuskannya. Maka jika ia telah berbicara, adalah ia sebagimana dilukiskan oleh salah seorang yang mengenalnya: “Seolah-olah dari mulutnya keluar cahaya dan mutiara . . . .”

Menurut Muaz bin jabal r.a, ilmu itu ialah mengenal dan beramal, katanya: “Pelajarilah segala ilmu yang kalian sukai, tetapi Allah tidak akan memberi kalian mafaat dengan ilmu itu sebelum kalian mengamalkannya lebih dulu . . . .!”
Baginya iman dan dzikir kepada Allah ialah selalu siap siaga demi kebesaran-Nya dan pengawasan yang tak putus-putus terhadap kegiatan jiwa. Salah seorang sahabatnya,Al-Aswad bin Hilal berkata, “Kami berjalan bersama Mu’adz, maka katanya kepada kami, Marilah kita duduk berdekatan dan menambah iman kita!”

Mungkin sikap dan pendiriannya itu terdorang oleh sikap jiwa dan fikiran yang tiada mau diam dan bergejolak sesuai dengan pendiriannya yang pernah ia kemukakan kepada Rasulullah, bahwa tiada satu langkah pun yang dilangkahkannya kecuali timbul sangkaan bahwa ia tidak akan mengikutinya lagi dengan langkah berikutnya. Hal itu ialah karena tenggelamnya dalam mengingat-ingat Allah dan kesibukannya dalam dirinya.

Sahabat yang mulia ini meninggal dunia di masa pemerintahan Umar bin khattab r.a, sedang usianya belum 33 tahun…semoga ini akan menjadikan kira rindu akan lahirnya Muaz Muaz lain dari rahim ibu atau istri istri kita..amiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar