Sabtu, 24 September 2011

Ya Allah! Saya memohon kepada-Mu agar tubuh Ubai bin Ka’ab selalu ditimpa sakit panas

Ia adalah seorang warga Anshor dari Bani Khazraj. Rasulullah selalu memanggilnya dengan panggilan Abul Munzir. Ia selalu ikut ambil bagian dalam perjanjian ‘Aqabah, Perang Badar, Uhud dan juga peperangan-peperangan penting lainya. Beliau adalah Ubai bin Ka’ab.

Pada suatu hari Rasulullah Saw menanyainya, ’’Hai Abul Munzir! Ayat manakah dari kitabullah yang teragung? Orang itu menjawab,”Allah dan Rasulnya yang lebih tahu!” Nabi saw mengulangi pertayaanya: ”Abul Munzir ayat manakah dari kitabullah yang teragung?, ”Maka jawabnya,”Allah tiada tuhan selain Dia, yang Maha Hidup lagi Maha Teratur, ’’Dia membacakan surat Al-Baqarah ayat 255 Rasulullah pun menepuk dadanya dan dengan rasa bangga yang tercermin pada wajahnya, katanya!” Selamat bagi anda atas ilmu yang anda capai.”

Ia telah mencapai kedudukan dan kemuliaan derajat yang tinggi di kalangan muslimin angkatan pertama hingga amirul mukminin Umar bin khatab pernah mengatakan tentang dirinya “Ubai adalah pemimpin kaum muslimin.’’

Dia juga merupakan salah seorang perintis dari penulis penulis wahyu dan surat,begitupun dalam menghapal al Qur’anul karim, membaca dan memahami ayat ayatnya termasuk golongan terkemuka.

Seorang muslim yang mencapai kedudukan seperti ini di hati Nabi Saw, pastilah ia seorang muslim yang agung dan teramat agung!. Ubai bin Ka’ab selalu berdekatan dengan Nabi Saw, tak putus putusnya dia mereguk dari telaga yang dalam dari itu airnya yang manis dan setelah berpulangnya Rasulullah Saw, dia pun menepati janjinya dengan tekun dan setia, baik dalam beribadah dalam keteguhan beragama dan keluhuran akhlak. Di samping itu tiada henti hentinya dia menjadi pengawas bagi kaumnya diingatkanya mereka saat-saat Rasul masih hidup, diperingatkan keteguhan iman mereka ,sifat zuhud, perangai dan akhlak mereka. Dia selalu berpegang kepada takwa dan selalu zuhud terhadap dunia, hingga tak dapat terpengaruh dan terpedaya, karena ia selalu melihat hakikat sesuatu pada akhir kesudahanya, sedang dihadapanya tiada yang terlihat kecuali hasil perbuatannya yang baik atau yang buruk.

Begitu juga pandanganya tentang dunia. Ia pernah menggambar sebagai berikut: ”Sesungguhnya makanan manusia itu bisa diambil sebagai perumpamaan bagi dunia: Biar dikatakanya enak atau tidak tetapi yang penting menjadi apa nantinya….!”

Dan diantara ucapan beliau yang sangat mengagumkan yang selalu didengarkan kepada sahabat adalah, ’’Selagi kita masih bersama Rasulullah tujuan kita satu, tetapi setelah kita ditinggalkan beliau tujuan kita bermacam macam, ada yang ke kiri ada yang kekanan…!

Ketika Ia berbicara dihadapan orang banyak maka semua leher akan terulur, telinga akan terpasang, disebabkan karena terpukau dan terpikat, serta takjub terhadap pembicaraanya yang tegas, berbobot, tepat pada sasaran tidak kesana kemari langsung pada pokok masalah apa lagi bila dia berbicara tentang agama Allah tiada seorangpun yang ditakutinya. Karena kesholehan dan ketakwaanya, ia selalu menangis setiap teringat akan Allah dan hari akhirat. Ayat- ayat Al-Qur’an baik yang dibaca atau yang didengar semua sampai mengetarkan persendianya, ada satu ayat yang sangat memberikan bekas yang mendalam apabila ia dengar hingga menimbulkan rasa duka yang dalam.

”Katakanlah (wahai Muhammad) Ia kuasa akan mengirim siksa pada kalian, baik dari atas atau bawah kalian, atau mengumpulkan kalian dalam satu golongan yang bercerai berai, dan ditimpahkanya kepada kalian perbuatan kawanya sendiri” (Qs 6 : 65).

Ada yang paling mendasar pada diri beliau dari pada kebanyakan orang yaitu ketika semua orang menginginkan kesembuhan dari sakit untuk segera sehat justru dia sebaliknya memohon berdo’a kepada Allah untuk diberikan sakit terus menerus. Sebagaimana disampaikan dalam satu riwayat :

Dari Abu Sa’id Al-Khudri r.a dari Nabi Saw bersabda, ”Tiada suatu musibah (penyakit) yang menimpa badan seorang mukmin, Allah Swt menghapus dosa dosanya.” Mendengar hal itu Ubai bin Ka’ab berdo’a ,”Ya Allah! Saya memohon kepada-Mu agar tubuh Ubai bin Ka’ab selalu ditimpa sakit panas sampai dia bertemu dengan-MU, tetapi sakit panas yang menimpaku itu jangan sampai menghalangiku untuk mengerjakan sholat, puasa, haji, umroh dan berjihad dijalan-Mu.” Maka pada saat itu pula dia mendapat sakit panas dan sakitnya itu tidak pernah hilang sampai dia meninggal dunia tetapi dalam kondisi sakit panas itu dia tetap dapat menjalankan ibadah sholat berjama’ah, puasa, haji, umroh dan berjihad dijalan Allah.” (HR. Ibnu Asyakir).

Dalam riwayat lain pun diberitakan masih dari Abu Sa’id Al Khudri ra berkata,”Ada seorang yang berkata,”Ya Rasulallah bagaimana menurutmu apabilah penyakit penyakit itu menimpa kami apakah balasan yang akan kami terima?” Nabi Saw bersabda, ”Penyakit penyakit itu menjadi kifarat (penghapus).” Walaupun penyakit itu ringan? Nabi menjawab ,”Ya walaupun tertusuk duri atau yang lebih ringan dari itu.”

Setelah mendengar keterangan dari Nabi Saw maka Ubai bin Ka’ab berdo’a untuk dirinya supaya dia terkena sakit panas sampai akhirya beliau meninggal, tetapi dia meminta untuk supaya sakitnya ini tidak menghalanginya untuk menunaikan haji, umroh, sholat dan jihad. Teryata do’a Ubai dikabulkan hingga apabilah seseorana meletakan tanganya ditubuh Ubai maka ia mendapati tubuhnya semakain panas hal ini terjadi sampai beliau wafat.” (HR Ibnu Asyakir)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar