Sabtu, 24 September 2011

Yang tidak menghianati janjinya

Kesedihan yang menimpa Asma binti Umais karena kehilangan suaminya di medan jihad yaitu Ja’far bin Abi Thalib masih terasa. Sungguh terasa berat hidup kehilangan seorang suami pendamping suka dan duka dalam perjalanan memepertahankan tauhid yang mereka pegang dengan sangat kuat. Perjalanan hijrah pertama ke Habasyah dengan suami merupakan periode awal dari tahap tahap awal beratnya dakwah yang mereka hadapi. Hidup jauh dari keluarga dan pergi menyeberangi lautan merupakan ujian berat bagi kaum yang baru awal awal menata kehidupan islami mereka. Namun kini sang suami tempat ia bersandar dan membagi suka cita dalam rentetan perjuangan panjang berjihad telah tiada. Semakin terasa sesak ketika ketiga anaknya tidak memiliki sosok ayah tempat meneladani perilaku seorang mukmin sejati di tengah tengah kehidupan rumah mereka.

Tapi ini hanya sementara…

Rasulullah SAW datang menjumpai mereka dan menghibur serta bersabda “Assalamu`alaikum. wahai anak anak dari seseorang yang memiliki dua sayap.”

Rupanya Allah menggantikan kedua tangan Ja`far yang terputus dengan dua sayap yang dengannya beliau terbang di jannah sekehendaknya. Kini Asma binti Umais makin tegar menghadapi hidup dan mencurahkan perhatian kepada tiga orang anaknya guna mengikuti jejak sang ayah dan menanamkan karakter pembarani dan semangat jihad yang tinggi seperti ayah mereka.

Adapun tentang Asma maka ia merupakan sosok wanita yang didamba banyak lelaki. Karena dia berparas cantik, terkenal dengan kesholehannya dan tersohor dengan keberanian dan kecerdasannya. Allah pun menghendaki ia menikah dengan sosok sahabat pilihan yaitu Abu Bakar As Shiddiq r.a. tidak ada yang menghalangi seorang wanita untuk menolak orang mulia seperti Abu Bakar r.a, akhirnya Asma berpindah ke rumah Abu Bakar Ash Shidiq untuk menambah cahaya kebenaran dan cahaya iman dan untuk mencurahkan cinta dan kesetiaan di rumah tangganya.

Selama menikah dengan Abu Bakar r.a, maka ia menjadi sosok yang paling dekat bagaimana rumit dan beratnya permasalahan umat setelah Rasulullah SAW wafat dan ditangani oleh suaminya. Dimulai dari memerangi orang murtad, memerangi orang-orang yang tidak mau berzakat serta mengirim pasukan Usamah dan sikapnya yang teguh laksana gunung tidak ragu -ragu dan tidak pula bimbang, demikian pula beliau menyaksikan bagaimana pertolongan Allah diberikan kepada kaum muslimin dengan sikap iman yang teguh tersebut.

Asma senantiasa menjaga agar suaminya senantiasa merasa senang dan beliau hidup bersama suaminya dengan perasaan yang tulus turut memikul beban bersama suaminya dalam urusan umat yang besar.

Dan hingga sampai kepada peristiwa sakitnya sang suami. Sakit yang dirasa bertambah parah hingga keringat telah membasahi muka dan sekujur badannya. Abu Bakar ash Shidiq sudah merasa bahwa dirinya akan segera menjemput kekasihnya yaitu Rasulullah, maka ia segera memberi wasiat, Adapun di antara wasiat beliau adalah agar beliau dimamandikan oleh istrinya Asma binti Umais, di samping itu beliau berpesan kepada istrinya agar berbuka puasa yang mana beliau berkata: “Berbukalah karena hal itu membuat dirimu lebih kuat.”

Asma merasa telah dekatnya wafat beliau sehingga beliau membaca istirja` dan memohon ampun sedangkan kedua mata beliau tidak berpaling sedikitpun dari memandang suaminya yang ruhnya kembali dengan selamat kepada Allah. Hal itu membuat Asma meneteskan air mata dan bersedih hati, akan tetapi sedikitpun beliau tidak mengatakan sesuatu melainkan yang diridhai Allah SWT, beliau tetap bersabar dan berteguh hati.

Selanjutnya beliau menunaikan perkara penting yang diminta oleh suaminya yang telah tiada, karena beliau adalah orang yang paling bisa dipercaya oleh suaminya. Mulailah beliau memandikan suaminya dan hal itu menambah kesedihan dan kesusahan beliau sehingga beliau lupa terhadap wasiat yang kedua. Beliau bertanya kepada para muhajirin yang hadir, “Sesungguhnya aku sedang berpuasa, namun hari ini adalah hari yang sangat dingin, apakah boleh bagiku untuk mandi?” mereka menjawab, “Tidak.”

Di akhir siang sesuai dimakamkannya Abu Bakar ash-Shidiq tiba-tiba Asma binti Umais ingat wasiat suaminya yang kedua yakni agar beliau berbuka (tidak melanjutkan shaum). Lantas apa yang hendak dilakukannya sekarang? sedangkan waktu hanya tinggal sebentar lagi, menunggu matahari tenggelam dan orang yang shaum diperbolehkan untuk berbuka? apakah dia akan menunggu sejenak saja untuk melanjutkan shaumnya?

Kesetiaan terhadap suaminya telah menghalangi beliau untuk tidak mengkhianati wasiat suaminya yang telah pergi, maka beliau mengambil air dan minum kemudian berkata: “Demi Allah aku tidak akan melanggar janjinya hari ini.”

Kini Asma binti Umais hidup penuh kepasrahan kepada Allah sambil membesarkan anak anaknya. Asma senantiasa mendidik anak anaknya agar meneladani para orang tua mereka yaitu Rasulullah sebagai panutan paling utama. Juga sang ayah Ja’far bin Abi Thalib dan Abu Bakar As Shiddiq. Sungguh kehidupan yang penuh teladan dari orang orang pilihan..apa kita sudah meniru mereka..??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar