Kaum muslimin yang tinggal dikota Madinah disebut sebagai kaum Anshor. Kaum Anshor artinya kaum yang penolong, karena mereka menerima dan memberi tempat tinggal serta menolong keperluan kaum Muhajirin yang tinggal di Madinah. Rasulullah SAW sering memuji keutamaan golongan Anshor. Mereka adalah kaum yang suka menolong saudaranya meski mereka dalam kondisi kekurangan sekalipun. Pada awalnya kabilah kabilah yang ada di Madinah suka bersiteru satu dengan lainnya. Mereka terlibat bentrok berkepanjangan. Suku yang terkenal di Madinah waktu itu adalah suku Aus dan Khadraj. Tapi ketika Islam datang dan Rasulullah memulai dakwahnya perlahan lahan mereka mulai bisa disatukan dan rukun. Bahkan persaudaraan diantara mereka lebih kuat dari hubungan saudara kandung. Dan ketika awal hijrah Rasulullah SAW dan para sahabatnya mereka membantu sengan segenap tenaga dan potensinya. Ada yang dijamin makanannya , ada yang diberi tempat tinggal, bahkan ada yang menceraikan istrinya kemudian diberi kepada sahabat muhajirin.
Sebuah riwayat menyebutkan suatu hari datanglah seseorang menemui Rasulullah SAW dan ia berkata, “Ya Rasulullah aku lapar”. Kemudian Rasulullah mendatangi isteri-isterinya menanyakan makanan, ternyata para ummul mukminin tidak memiliki makanan, kemudian Rasulullah SAW menemui para sahabatnya dan bersabda: “Apakah tidak ada seorang yang mau menerima orang ini sebagai tamu malam ini? Ketahuilah bahwa orang yang mau menerima laki-laki ini sebagai tamu dan memberi makan malam ini, akan diberi rahmat oleh Allah.”
Maka berdirilah dan menunjuk tangan seorang Anshor bernama Abu Thalhah r.a lalu berkata: “Saya ya Rasulullah”. Maka ia pergi menemui isterinya dan berkata, “Hormatilah tamu Rasulullah dan berilah ia makan”.
Isterinya menjawab: “Demi Allah, tidak ada makanan kecuali makanan untuk anak-anak kita”.
Abu Thalhah r.a berkata: “Apabila anak-anak hendak makan malam, tidurkanlah mereka, padamkanlah lampu biarlah kita menahan lapar pada malam ini, agar kita dapat menerima tamu Rasulullah.” Maka hal itu dilakukan isterinya.
Malam itu lampu dipadamkan dan anak anak Abu Thalhah ditidurkan lebih awal. Tamu yang datang makan hingga kenyang dan Abu Thalhah menemani sambil pura pura ikut menyantapnya padahal tidak secuil makananpun yang masuk ke perutnya.Malam itu suami istri dan anak anaknya tidur dalam perut kosong. Itu mereka lakukan karena untuk menghormati tamu Rasulullah SAW.
Pagi harinya selepas subuh Rasulullah SAW mendekati Abu Thalhah r.a dan tersenyum. Dia memuji kabaikan Abu Thalhah dan istrinya seraya bersabda “”Allah SWT benar-benar kagum malam itu terhadap perbuatan suami-isteri tersebut .”
Peristiwa inilah yang menjadikan asbabun nuzul turunnya ayat 9 Surat Al Hasyr yang artinya : “Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Kaum Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Kaum Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Kaum Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) di atas diri mereka sendiri, sekaligus mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung .”
Inilah contoh nyata persaudaran dalam islam, persaudaraan yang berlangsung karena Allah dan untuk Allah. Atsar ini memberi kita pelajaran bahwa untuk membangun kehidupan yang islami selalu dengan cara mahabbah atau kasih sayang. Pendekatan inilah yang selalu di lakukan oleh Rasulullah SAW. Dan para sahabat telah sukses mencopy kehidupan Rasulullah SAW. Sudah sepantasnya kita meniru dan mencontoh teladan yang agung ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar