Sahabat Abu Ubaidah bin Jarrah termasuk golongan yang awal awal masuk Islam. Ayahnya seorang tokoh Quraisy yang selalu melakukan pertentangan terhadap dakwah Nabi SAW. Meski begitu Abu Ubaidah bin Jarrah r.a tetap istiqomah dalam keimanannya. Untuk menyelamatkan keimanannya dia rela hijrah ke Habsyah pada gelombang kedua. Abu Ubaidah bin Jarrah r.a seorang mujahid yang gagah berani. Meski tubuhnya kurus tinggi tapi semangat juangnya tidak pernah mau kalah dengan Sahabat yang lain. Pada saat perang Badar di termasuk dalam barisan utama. Dengan segala perbekalan yang minim dan jumlah pasukan yang lebih sedikit tidak gentar melawan pasukan kafir Quraisy.
Demikian juga pada waktu perang Uhud, dia juga ikut bersama rombongan Nabi SAW berjuang di medan Uhud. Ketika pertempuran berlangsung dengan sengit dan posisi pasukan Islam terdesak Abu Ubaidah bin Jarrah r.a melihat Nabi SAW dalam kondisi terjepit. Saat itu banyak pasukan yang kocar kacir dan berhamburan tidak dalam formasi pasukan yang sigap, Abu Ubaidah bin Jarrah r.a maju dan mendekati Nabi SAW. Didapatinya pipi Nabi SAW terluka, yaitu terhujamnya dua rantai besi penutup kepala beliau SAW, segera ia berupaya mencabut rantai tersebut dari pipi Nabi SAW .
Abu Ubaidah mulai mencabut rantai tersebut dengan gigitan giginya. Rantai itupun akhirnya terlepas dari pipi Rasulullah SAW . Namun bersamaan dengan itu pula gigi seri Abu Ubaidah ikut terlepas dari tempatnya. Abu Ubaidah tidak jera. Diulanginya sekali lagi untuk mengigit rantai besi satunya yang masih menancap dipipi Rasulullah SAW hingga terlepas. Dan kali inipun harus juga diikuti dengan lepasnya gigi Abu Ubaidah sehingga dua gigi seri sahabat ini ompong karenanya. Sungguh, satu keberanian dan pengorbanan yang luar biasa.
Di medan Uhud ia berhasil mendapati ayahnya yang kafir sedang membunuh pasukan Islam. Segera ia mendekati ayahnya. Dibuangnya rasa kasihan terhadapnya. Pada hari itu keimanannya diuji untuk memilih Allah dan syariatnya atau memilih ayah yang selalu menentang Allah dan syariatnya. Abu Ubaidah memilih Allah dan syariatnya dan majulah terus ia merangsek ayahnya hingga terkulai.
Abu Ubaidah r.a seorang yang zuhud. Beliau cukup makan tepung yang kasar dan air minum secukupnya. Pada waktu Khalifah Umar bin Al Khattab r.a ia mendapat tugas sebagai Gubernur di Syiria. Sebagai Gubernur ia berhak mendapat uang gaji baitul mal dan fasilitas guna menunjang tugas tugasnya. Tapi keadaanya sangat berbeda. Di kediamannya hanya terdapat pedang, perisai dan pelana tunggangannya. Tak ada simbol simbol kemewahan sebagi seorang Gubernur. Dia hidup nikmat dengan kemiskinannya dan dia merasa lebih tenang dengan hidup seperti itu. Umarpun lantas berkata,”Wahai sahabatku, mengapa engkau tidak mengambil sesuatu sebagaimana orang lain mengambilnya ?” Beliau menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, ini saja sudah cukup menyenangkan.”
Lelaki mulia ini wafat ketika terjadi wabah penyakit tho’un di Syria.
Keutamaan seorang Abu Ubaidan bin Jarrah r.a akan makin kita temui dari sebuah hadits Nabi SAW yang berbunyi “Sesungguhnya setiap ummat mempunyai orang kepercayaan, dan kepercayaan ummat ini adalah Abu Ubaidah bin Jarrah.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar