Sewaktu kaum muslimin belum berhijrah ke Madinah mereka selalu mendapat perlakuan kejam dari Kaum kafir Quraisy. Terutama orang orang yang lemah dan miskin. Mereka diintimidasi dan di tekan agar meninggalkan ajaran islam. Seorang Quraisy yang paling getol menentang islam adalah Suhail bin ‘Amr.Dia seorang ahli pidato dan sastra kenamaan.Hobinya menghasut orang orang agar membenci Rasulullah SAW dan pedangnya selalu dibawa guna menakut nakuti agar penduduk Mekkah tidak mengikuti ajakan Rasulullah SAW.
Sewaktu Suhail bin ‘Amr tertawan pada waktu perang Badar Umar bin Khattab r.a segera menuju kearahnya dan hendak mematahkan giginya agar tidak bisa lagi berorasi untuk menghasut dan menebar fitnah tapi Rasulullah SAW mencegahnya dan bersabda, “Biarlah. Mungkin suatu ketika gigi itu akan membuatmu senang.” Akhirnya Suhail bin Amr dibiarkan hidup dan masih terus memerangi kaum Muslimin. Sewaktu Perjanjian Hudaibiyah berlangsung yang menyebabkan Rasulullah SAW dan para sahabatnya batal melakukan umroh dari pihak Quraisy yang diutus sebagai delegasi adalah Suhail bin Amr. Pesan dari para pembesar Qurasy kepada Suhail adalah agar ia mengajak Rasulullah dan kaum muslimin berdamai dan hendaklah mereka kembali ke Madinah dan jangan sampai bangsa Arab beranggapan kalau mereka masuk tahun ini, dan kaum Qurasy telah dikalahkan.
Waktu berlalu dan tibalah Fathul Makkah terjadi. Peristiwa besar ini berlangsung dengan damai. Rasulullah SAW memasuki Baitullah. Beliau istirahat bersama sahabat sahabatnya, tiba tiba Suhail bin Amr datang. Rasulullah SAW bertanya “Apa yang akan kalian katakan?”, berkatalah Suhail bin ‘Amr: “Kami hanya mengatakan yang baik, dan menyangka sesuatu yang baik. Engkau saudara yang mulia, putra saudara yang mulia dan anda menang.” Rasulullah menyahut “Saya hanya katakan kepada kalian sebagaimana ucapan Nabi Yusuf kepada para saudaranya yaitu Tiada celaan atas kalian pada hari ini.
Pergilah. Kalian semua bebas.”
Mendengar kalimat yang penuh damai dari Rasulullah SAW luluhlah hati Suhail bin Amr dan teman temannya. Mereka terpesona dengan akhlak Nabi SAW yang agung maka hati mereka mulai condong kepada Islam. Lidah sudah tidak mampu berbicara. Mengingat berbagai pertentangan yang dulu ia lakukan kini ia telah dimaafkan begitu saja oleh Rasulullah. Kemudian Suhail bin Amr pergi mendatangi putranya yang telah masuk islam Abu Jandal agar meminta jaminan keamanan kepada Rasulullah SAW dan Rasulullah SAW pun memberikan jaminannya.
Terjadilah perang Hunain yang hebat dan kaum muslimin memperoleh kemenangan yang besar. Mereka pulang dengan ghanimah yang banyak. Hampir semua ghanimah dibagi bagikan kepada pembesar pembesar Qurasy yang hatinya mulai tertarik kepada islam dan Suhail bin Amr mendapat seratus ekor onta. Suhail bin Amr r.a telah menjadi seorang muslim. Kini ia menyadari kesalahan kesalahan yang dulu ia buat, terror yang pernah ia lancarkan dan berbagai makar yang pernah ia gunakan untuk mengahasut kaum muslimin. Ia merasa menyesal dan makin sadar betapa jauhnya ia dari Allah. Maka ketika tabir iman telah terbuka dan kerasnya hati telah berubah menjadi lembutnya hati. Hati yang telah diisi dengan iman.Kini ia telah tobat dan mengisi harinya dengan ibadah. Beberapa sahabat dan orang-orang yang datang sesudah mereka mempersaksikan: “Tidak ada satu pun pembesar Quraisy yang belakangan masuk Islam, lalu masuk Islam ketika Fathul Makkah, yang lebih banyak shalatnya, puasanya, dan sedekahnya daripada Suhail. Bahkan tidak ada yang lebih semangat terhadap hal-hal yang mendukung kepada akhirat dibandingkan Suhail bin ‘Amr.”
Waktu berlalu dan berita kesedihan terbesarpun menimpa kaum muslimin, Rasulullah SAW pengi meninggalkan para sahabat untuk selamanya. Beberapa kabilah mulai murtad dan sebagian warga Mekkah mulai goyah maka bangkitlah Suhail bin Amr sebagai orator ulung menyeru kepada kaumnya “Wahai penduduk Makkah. Kalian adalah manusia yang paling akhir masuk ke dalam Islam, maka janganlah kalian menjadi orang pertama yang keluar darinya Siapa yang menyembah Muhammad, maka Muhammad sudah wafat. Siapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Hidup, tidak akan pernah mati.”
Kini Umar bin Khattab r.a bisa tersenyum dan baru menyadari hikmah dibalik larangan Rasulullah SAW ketika ia hendak mematahkan gigi Suhail bin Amr sewaktu jadi tawanan perang Badar. Suhail tetap istiqomah dalam islam, makin memperbanyak sholat, puasa dan sedekahnya. Pernah ia berkata, kata yang akan terus kita kenang “Demi Allah. Saya tidak akan biarkan satu tempat pun yang di situ saya berada bersama kaum musyrikin melainkan saya berada di sana bersama kaum muslimin seperti itu juga. Tidak ada satu pun nafkah yang dahulu saya serahkan bersama kaum musryikin melainkan saya infakkan pula kepada kaum muslimin yang serupa dengannya. Mudah-mudahan urusanku dapat menyusul satu sama lainnya.”
Pada penghujung umurnya ia ditugaskan sebagai Gubernur dinegeri Kurdus, tapi ia memilih bertugas di pos perbatasan. Ia menghabiskan waktunya bertugas sebagai khirosah di perbatasan sampai ia meninggal karena penyakit tha’un. Nabi SAW pernah bersabda “Wabah tha’un adalah syahid setiap muslim.”
Inilah akhir kehidupan yang khusnul khatimah. Allah telah mengganti keburukan keburukan yang dilakukan Suhail bin Amr r.a dengan kebaikan kebaikan. Sungguh ketika Iman telah terhunjam dalam hati ia ibarat akar pohon yang kuat masuk kedalam tanah dan mampu bertahan terhadap badai godaan yang besar sekalipun. Mumtaz…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar