Setiap hari Abu Dahdah r.a selalu mengunjungi kebun kesayangannya. Kebunnya adalah salah satu kebun terbaik yang ada di Kota Madinah. Didalamnya ditanami kurma dan tanaman buah buahan lainnya. Ditengah kebun mengalir mata air yang sejuk dan jernih. Demikian sejuk dan menyegarkan airnya hingga bisa dipakai untuk minum apalagi bila suasana yang panas terik menerpa kawasan madinah. Ditengah kebun dibangun pondok kecil tempat melepas lelah dan merehatkan diri saat suasana sumpek sedang melanda. Terkadang Abu Dahdah juga melakukan sholat sunnah didalamnya. Sungguh nikmat memiliki kebun yang istimewa seperti itu.Hasil dari kebun itu senantiasa memuaskan dan Abu Dahdah beserta istri dan anaknya selalu bersyukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan Allah kepada mereka.
Suatu hari Rasulullah saw membuat majelis ilmu. Para sahabat sudah hadir dan mengelilingi Rasulullah SAW dengan rapat. Mereka sudah siap menerima tausiyah dari Kekasih yang paling mereka cintai. Hingga tiba saat Rasulullah SAW membacakan sebuah ayat Al-Qur’an yaitu QS Al Baqarah: 245 “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.”
Setelah selesai membaca ayat ini maka berdirilah Abu Dahdah r.a dan berkata “ Wahai Rasulullah, benarkah Allah meminta pinjaman kepada kita?” Rasulullah saw. menjawab, “Ya, benar.” Abu Dahdah kembali bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah Dia akan mengembalikannya kepadaku dengan pengembalian yang berlipat-lipat?” Rasulullah saw. menjawab, “Ya, benar.”
“Wahai Rasulullah, ulurkanlah kedua tangan Anda, sesungguhnya aku memiliki kebun, dan tidak ada seorang pun yang memiliki kebun yang menyamai kebunku. Kebun itu akan aku pinjamkan kepada Allah.” Rasulullah menyahut “Kau pasti akan mendapatkan tujuh ratus lipat kebun yang serupa, wahai Abu Dahdah,”
Kemudian Abu Dahdah mengucapkan takbir dengan semangat yang luar biasa seperti telah memperoleh sebuah kemenangan besar dan memang sungguh ia telah memperoleh kemenangan akhirat atas perniagaan yang baru ia lakukan. Lantas ia segera pergi ke kebunnya. Ia segera menyuruh istri dan anaknya yang sedang ada didalam kebun untuk segera keluar dan menjelaskan bahwa ia baru saja meminjamkan kebun ini untuk Allah dan menyampaikan ganjaran yang akan diperoleh dengan ganjaran yang berlipat lipat dan sesungguhnya balasan akhirat itu lebih baik dari pada balasan didunia ini.
Ummu Dahdah mengerti betul apa maksud perkataan suaminya karena ia adalah wanita muslimah tulen hasil didikan Rasulullah SAW. Ketika Ummu Dahdah hendak beranjak pergi dari kebun ia melihat anaknya sedang mengunyah buah kurma. Maka ia segera mengambil kurma itu dan menyuruh anaknya memuntahkan kurma dimulutnya sambil berkata “Muntahkan kurma itu. Karena kebun ini sudah menjadi milik Allah swt.”
Subhanallah…indahnya hidup bila suami istri paham dengan amal agama. Istri paham betul bahwasanya rejeki itu sudah diatur oleh Allah dan nikmat menginfakkan harta dijalan Allah telah mendarah daging dihatinya. Bila suami beramal maka istri mendukung dan bila suami sedang malas maka istri mengingatkan. Adakah kenikmatan yang lebih tinggi daripada kenikmatan berjuang/berjihad atau membantu agama Allah dan kemudian didukung oleh istri kita ?? semoga saja kita diberi keutamaan dalam berjuang membantu tegaknya kalimatillah..amiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar