Rasulullah SAW menganjurkan kepada kita agar memperhatikan dengan siapa kita bersahabat. Bukan dengan maksud hendak membeda bedakan tapi demikian pentingnya arti seorang sahabat sehingga agama yang melekat pada seseorang akan tercermin dari agama orang yang diajak bersahabat. Teladan yang agung ada pada diri Rasulullah, dan kita melihat bahwa Beliau SAW paling dekat dengan Abu Bakar As Shiddiq seseorang yang dikenal jujur dalam lisan dan perbuatan sehingga dari persahabatan mereka melahirkan satu ikatan agung dalam jalinan agama Allah. Tak cukup sampai disana, Rasulullah juga mengambil Abu Bakar r.a sebagai mertuanya dan salah satu sahabat yang selalu diperlukan dalam setiap mengambil keputusan musyawarah atas kepentingan umat.
Mungkin itu pula yang menjadi takdir dari persahabatan seorang Raja Habasyah dengan seorang pemuka Kaum Quraisy bernama Amr bin Ash. Pada awalnya Amr bin Ash sering berkunjung ke tempat sahabatnya tersebut dinegeri habsyah untuk memberikan cindera mata atau barang barang mahal sebagai hadiah. Setelah persahabatan terjalin begitu lama maka diantara mereka sudah saling mengenal watak dan kepribadian masing masing. Raja Habsyah tahu bahwa di Mekkah telah muncul sosok nabi baru yang membawa risalah dari langit dan mendapat pertentangan dari kaumnya hingga diusir dari kampungnya dan berhijrah menuju Madinah.
Maka Raja Habsyah pada waktu kunjungan Amr bin Ash yang keberikutnya berani menanyakan perihal keengganan Amr bin Ash mengikuti jejak Rasulullah Muhammad SAW. Raja Habsyah berkata “Wahai sahabatku, Kenapa kau tak hendak beriman dan mengikutinya, padahal orang itu benar-benar utusan Allah? “.“Benarkah begitu?” tanya Amr bin Ash kepada Raja Habsyah. “Ya benar”, ujarnya “Turutilah petunjukku, wahai Amr dan ikutilah dia ! Sungguh dan demi Allah, ia adalah di atas kebenaran dan akan mengalahkan orang-orang yang menentangnya !”.
Setelah mantap dengan keputusannya maka ia segera pulang ke Mekkah dan mempersiapkan bekal perjalanan menuju madinah. Secepatnya ia memutuskan untuk pergi ke Madinah. Ditengah perjalanan ia bertemu dengan Khalid bin Walid dan Utsman bin Thalhah yang juga memiliki maksud tujuan hendak berbaiat dan bersumpah setia akan membela Nabi hingga akhir hayat.
Rasulullah SAW tidak bisa menyembunyikan kegembiraanya melihat tiga punggawa dari Kaum Quraisy datang untuk bergabung dengan barisan kaum muslimin yang lain. Kedatangan tiga pembesar dari Quraisy itu telah memberikan support yang luar biasa bagi sahabat sahabat yang lain bahwa barisan mereka kini makin kokoh dan mantap guna membungkam kesombongan pemuka pemuka Quraisy yang masih tersisa. Dengan perasaan penuh gembira Rasulullah berkata dihadapan para shahabat-shahabatnya “Mekah telah melepas jantung-jantung hatinya kepada kita . ”
Pertama sekali maju Khalid bin Walid dan mengangkat baiat. Kemudian majulah Amr bin Ash dan berkata “Wahai Rasulullah! Aku akan baiat kepadamu dengan syarat Allah mengampuni dosa-dosaku yang terdahulu !”
Maka jawab Rasulullah SAW : “Hai Amr, Baiatlah, karena Islam menghapus dosa-dosa yang sebelumnya!”
Kemudian yang terakhir Utsman bin Thalhah maju dan berbait kepada Rasulullah. Kota Madinah pada hari itu menyambut gembira dengan masuk Islamnya tiga orang tersebut. Dan kini Amr bin Ash r.a akan mencurahkan segala daya dan upayanya untuk mengabdikan diri kepada Islam. Di dalam banyak pertempuran Amr bin Ash r.a selalu menjadi andalan dalam hal kecerdikan dan kepandaian. Strategi dan pengalamannya dalam banyak pertempuran banyak membawa kemenangan bagi kaum muslimin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar