Rasa rindu sudah tidak tertahan dilubuk hatinya. Berada disamping orang yang paling mulia di muka buni ini adalah impiannya selama minggu minggu terakhir. Maka ia pun membulatkan tekad untuk menyusul kekasihnya di tanah harapan, Darul Hijrah Madinah Al Munawarah. Adalah Wahab bin Qabus r.a, ia sudah memeluk islam sejak awal. Beliau memiliki banyak ternak kambing. Ketika dalam perjalanan menuju Madinah Beliau mendengar Rasulullah SAW dan para sahabat sedang berjihad di medan peperangan Uhud. Didapatinya medan Uhud yang begitu panas terik, ringkihan kuda menambah pikuk suasana. Unta unta berlarian dihela penunggangnya. Kilatan pedang menambah silau panas siang hari itu. Nampak oleh Wahab bin Qabus r.a Rasulullah SAW sedang dikepung oleh musuh musuh Allah, jumlahnya terlalu banyak dan Rasulullah SAW menghadapi seorang diri karena sahabat sahabat yang lain juga dalam kondisi sulit. Dengan lantang dan penuh semangat Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa di antara kamu sekalian yang dapat menceraikan musuh-musuh ini, dia akan menjadi temanku ketika di syurga kelak.”
Wahab bin Qabus r.a menyambut seruan itu dengan memacu kuda sekencang kencangnya. Kini pedang terhunus telah ia siapkan menyambut musuh musuh yang mengepung Rasulullah SAW. Dia berhasil membubarkan mereka. Tapi gelombang pasukan kedua dan ketiga dari pihak musuh makin menjadi jadi dan mereka berhasil merobohkan Wahab bin Qabus r.a dari kudanya. Sahabat yang mulia ini telah menjemput syahidnya.
Peperangan telah usai, kini waktunya mengumpulkan jenazah para sahabat. Sahabat Nabi SAW Saad bin Abi Waqqas r.a ketika melihat jasad Wahab bin Qabus berkata, ““Aku sekali-kali tidak pernah melihat seorang pejuang Islam yang benar-benar berjuang dengan beraninya tanpa sedikit pun tersingkap kegentaran di hatinya seperti Wahab r.a. Aaku melihat Rasulullah SAW terpaku berdiri di sisi mayatnya lalu bersabda : “Wahab!, Wahab!. Sesungguhnya kamu telah menyenangi hatiku, semoga Allah akan memberi kesenangan terhadapmu.”
Inilah bukti dari rasa cinta yang sebenarnya. Cinta yang tidak hanya terucap oleh lisan, tapi juga oleh amal nyata. Wahab bin Qabus r.a memberi kita teladan bagaimana menyenangkan hati Rasulullah SAW. Seorang penyair berkata “ Lelah dan letih aku menapaki jalan, Aku tetap melangkah menuju yang kukasihi….Tak peduli gunung dan lautan membentang, mereka tak akan menghalangiku menuju Ridho Illahi”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar