Rasa cinta dan kasih sayang Rasulullah SAW kepada dua orang cucunya yaitu Hasan dan Husein sudah menjadi rahasia umum dikalangan sahabat. Sering para sahabat menjumpai Rasulullah mengajak kedua cucunya itu bermain. Kadang bermain sambil menunggang layaknya unta dengan posisi Rasulullah sebagai tunggangannya dan kakak beradik itu sebagai penunggangnya atau terkadang bermain ayunan kaki dan mereka bermain main main diatas dada Rasulullah SAW.
Karena interaksi yang dalam itulah maka kedua orang pemuda penghulu syurga itu telah mewarisi akhlak yang agung, semangat ibadah yang tinggi, kedermawanan tiada tara dan pengorbanan dalam menegakkan amar ma’ruf nahi munkar yang tiada bandingnya.
Sebuah hadits dari Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanad shahih dari Said ibn Abi Râsyid dari Ya’la al ‘Âmiri ia keluar bersama Rasulullah saw. ke sebuah jamuan makan, ia berkata “Lalu Rasulullah mendapati Husain di jalanan sedang bermain bersama teman-temannya, Nabi saw. Bergurau dengannya, Husain lari ke sana dan ke mari lalu Nabi saw. mengambilnya dan menggendongnya, beliau meletakan salah satu tangan Husain di telengkuk beliau sementara tangan satunya di janggut, kemudian beliau meletakan mulut beliau di mulut Husain dan menciumnya dan berkata:
“Husain bagian dariku dan aku bagian dari Husain. Ya Allah, cintailah orang yang mencinta Husain. Husain adalah sibthun (anak) dari anakku.”
Dalam kesempatan yang lain Imam Ahmad meriwayatkan pula dengan sanad sahih dari Abdur Rahman ibn Mas’ud dari Abu Hurairah r.a, ia berkata, “Rasulullah keluar bersama Hasan dan Husain menemui kami, yang satu di atas pundak kanan beliau dan yang satu di atas pundak kiri beliau, sambil menciumi keduanya sampai beliau tiba di hadapan kami, lalu ada seorang berkata kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah engkau mencinta keduanya! Maka Nabi saw. bersabda:
“Barangsiapa mencintai keduanya maka ia benar-benar mencintaiku dan barang siapa membenci keduanya maka ia benar-benar membenciku.”
Kedua anak itu tumbuh dalam balutan cahaya kenabian dan dekapan nur hidayah maka menjadilah mereka sosok pemuda teladan dizamannya dan hingga akhir zaman. Ada sebuah kisah menarik dari keteladanan mereka dalam menyampaikan ilmu kepada orang yang lebih tua. Pada suatu hari Hasan dan Husein pergi ke mesjid dan menjumpai seorang tua yang sedang berwudhu lalu shalat. Ternyata wudhu dan shalat orang tua itu terlihat kurang sempurna. Hasan dan Husein ingin memperbaiki dan meluruskannya, tetapi khawatir menyinggung perasaannya.
Akhirnya mereka sepakat untuk memakai cara pendekatan. Di hadapan orang tua tersebut mereka berdebat dan masing-masing mengatakan bahwa dialah yang lebih benar wudhu dan shalatnya. Mereka lalu meminta orang tua itu untuk menilainya.
Lalu mereka masing-masing melakukan wudhu dan shalat. Setelah orang tua itu melihat tata cara berwudhu dan shalat mereka, dia mengoreksi dirinya dan menyadari bahwa wudhu dan shalatnya ternyata cacat serta tidak sesempurna kedua pemuda itu.
Maka dia berkata kepada keduanya, “Alangkah baiknya wudhu dan shalat kalian, serta alangkah baiknya tuntunan dan bimbingan kalian kepadaku. Semoga Allah memberkahi kalian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar