Sabtu, 24 September 2011

Padang Karbala yang Dramatis(1)

Muawiyah r.a selaku Khalifah pertama Dinasti Umayyah meninggal dunia pada tahun 60 Hijriyah dan kemudian Yazid

menggantikan kursi ayahnya menjadi Khalifah. Yazid adalah seseorang yang suka berfoya foya dan berlaku zalim.

Banyak catatan maksiat yang sering ia lakukan.Karena itu ia tidak disukai oleh tokoh tokoh sahabat terkemuka dan

mereka melakukan oposisi kepadanya. Yazid mulai merasa bahwa orang orang Irak tidak suka kepadanya, terutama

rakyat Kufah yang dahulu menjadi Markas besar dan basis kekuatan lawan politik ayahnya yaitu Imam Ali bin Abi Thalib

r.a

Untuk menghadapi oposisi rakyat itu maka Yazid bin Muawiyah harus mengganti Gubbernur Kufah yaitu Nukman bin

Basyir dengan Gubernur yang lebih keras , Ubiadillah ibnu Ziyad, orang yang lebih suka menjual agamanya dengan

kekuasaan dunianya.

Sementara itu Husain bin Ali bin Abi Thalib selaku penentang utama Yazid banyak menerima surat dari Kufah yang

menyatakan bahwa mereka suka membai’at bila Husain datang ke Kufah. Diantara surat surat yang penting itu antara lain

dari Sulaiman ibnu Shurad dan Rifa’ah Ibnu Syaddad yang bunyinya antara lain “Kepada Husain ibnu Ali, dari Sulaiman

ibnu Shurad dan Rifa’ah ibnu Syaddad serta pengikut pengikutnya dari kalangan kaum muslimin diantara penduduk Kufah.

Kemudian kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah membinasakan musuh musuh anda yang

angkara murka, yang telah berbuat zalim kepada umat ini dan telah merampas hak hak, kepentingan kepentingan serta

harta benda mereka, dan telah berkuasa tanpa kerelaan hati dari mereka dan membiarkan hidup orang orang yang jahat.

Semoga musnahlah musuh itu seperti musnahnya kaum Tsamud !
Adapun kami sekarang ini tidak mempunyai Imam. sebab itu datanglah kepada kami, semoga Allah menyatukan diantara

kami dan engkau dibawah sinar petunjukNya. Bahwa Nukman bin Basyir ada di istana keamiran.Kami tidak mau

berkumpul dengan dia di hari jum’at dan tidak pula dihari raya. Kalau kami telah mendapati khabar bahwa anda telah

keluar dari Madinah maka kami akan mengeluarkannya dari Kufah dan kami akan suruh ia kembali ke Syam.”

Selain dari surat surat tersebut diatas, Husain r.a juga menerima banyak surat surat lainnya dari golongan golongan yang

ada di Kufah hingga berjumlah beberapa ratus surat. Diantaranya ada sepucuk surat dimana disebutkan bahwa ada

sejumlah seratus ribu orang bersimpati kepadanya yang dilengkapi dengan alat alat persenjataan mereka.
Demikianlah antara lain bunyi seruan dan rayuan dari Irak itu yang membuat hati Husain r.a tertarik untuk pergi ke Kufah

bersama keluarganya. Walau pamannya Ibnu Abbas r.a telah menasihatinya untuk tidak usah berangkat ke Kufah, karena

disana juga ayahnya telah dibunuh orang, namun Husain r.a tidak mengindahkannya ia terus menurutkan kata hatinya. Ibnu

Abbas lebih condong menasihatinya supaya Husain r.a pergi ke Yaman karena disana banyak pengikut ayahnya yang

lebih setia dan dapat dipercaya. Akhirnya Husain berangkat ke Kufah bersama keluarganya dengan pasukan pengawal

yang kecil saja, tidak sampai delapan puluh orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar